Dokter: Anak dengan HIV Bisa Tumbuh Normal

Dokter mengatakan anak dengan HIV dapat tumbuh normal jika mereka terus memakai ARV.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Bagian Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Dr. DR Nia Kurniati, SpA(K) mengatakan, anak yang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) dapat tumbuh normal jika rutin mengonsumsi obat antiretroviral (ARV).

“Secara umum kondisinya masih naik turun selama 6 bulan pertama (setelah ARV). Anda bisa mendapatkan diare lagi, Anda bisa mendapatkan infeksi jamur lagi. Tapi setelah 6 bulan kita bisa melihat polanya, yang mendapatkan ARV dan bugar kemudian bisa sehat seperti anak normal sehingga bisa tumbuh dengan pesat,” kata dokter anak itu dalam webinar HUT RSCM ke-103 yang digelar Kamis. (3 November 2022) di Jakarta.

Ia menjelaskan, orang yang terinfeksi HIV biasanya tidak menunjukkan gejala tertentu kecuali orang tersebut memiliki kondisi lain, seperti penyakit penyerta. Pada bayi yang terinfeksi HIV.

Nia mengatakan mereka mungkin mengalami gizi buruk atau tidak bertambahnya berat badan karena peradangan yang sedang berlangsung. Jika tidak ada intervensi medis, kondisi anak bisa memburuk, kata Nia, meski dokter telah berusaha memperbaiki penyakit penyerta seperti malnutrisi.

Oleh karena itu, penting untuk menawarkan terapi ARV agar anak tumbuh normal. Nia mengatakan infeksi HIV dapat menyerang semua kelompok umur. Pada anak, penularan HIV biasanya terjadi melalui penularan cairan dari ibu bersalin, baik saat hamil, bersalin, maupun nifas melalui ASI.

Ia memperkirakan 95 persen kasus penularan HIV berasal dari ibu bersalin. Sedangkan sisanya, 5 persen penularan HIV ke anak, bisa melalui prosedur dalam prosedur medis seperti transfusi.

“Meskipun skrining yang baik telah dilakukan, kami telah menerima kasus infeksi HIV melalui prosedur transfusi di masa lalu. Namun secara umum, 95 persen infeksi HIV pada anak ditularkan oleh ibu kandungnya,” kata Nia.

Jika penularan HIV terjadi saat janin masih dalam kandungan, ibu mungkin tidak dapat mengetahui waktu penularan yang tepat karena prosesnya berlangsung lancar selama kehamilan.

Saat lahir, bayi juga bisa terinfeksi jika darah dari ibu masuk ke luka bayi atau jika bayi menelan cairan vagina ibu. “Pada saat itu, infeksi telah terjadi, tidak ada gejala segera,” katanya.

Nia mengatakan gejala yang terlihat bisa muncul setelah bayi berusia beberapa bulan. Biasanya, petugas kesehatan sering menemukan gejala berupa pneumonia atau hepatitis kuning pada anak usia tiga sampai empat bulan.

“Kemudian ada juga gejala TBC dan gatal-gatal saat anak berusia di atas satu tahun,” ujarnya.

Sumber: Antara