
sumber gambar, antara foto
Warga menyelamatkan barang-barang yang tersisa di sebuah rumah yang hancur akibat gempa di Benjot, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022).
Bupati Cianjur Herman Suherman dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur mengatakan, korban tewas akibat gempa 21 November lalu mencapai lebih dari 600 orang.
Namun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tetap berpegang pada datanya sejak akhir November. BNPB menyebutkan korban tewas akibat gempa M5.6 mencapai 335 orang.
“Kementerian Kesehatan menggunakan relawan mahasiswa – saat ini sudah ada 603 data. Sekarang ada 637 orang dari BPBD. Jadi sore ini akan kami sinkronkan,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD Cianjur. Wawan Setiawan kepada BBC News Indonesia, Selasa (13/12).
Wawan mengatakan, peningkatan jumlah korban meninggal karena masalah dokumentasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan bertambahnya laporan dari ahli waris.
“Mengapa kami kesulitan menemukan NIK? Karena banyak rumah yang hancur.. Kami masih terbuka kepada ahli waris jika ada anggota keluarganya yang masih hilang atau belum ditemukan,” ujarnya.
Sejauh ini, korban meninggal telah mendapatkan akta kematian sebanyak 122 orang, untuk kemudian menerima santunan sosial sekitar Rp 15 juta kepada ahli waris.
Sedangkan sisanya masih dalam proses pendataan.
“Saat ini masih diproses oleh Dukcapil, dinas sosial, dinas kesehatan dan berbagai hal lainnya, insyaallah akan segera diproses,” tambah Wawan.
BPBD Cianjur juga melaporkan kematian terbanyak berada di Kecamatan Cugenang yang mencapai lebih dari 400 jiwa. Sisanya tersebar di bagian lain kota.
Bupati Cianjur: Laporan korban tewas meledak setelah menerima uang rohani
sumber gambar, Gambar Getty
Ahmad Ashikin, ayah dari Ashika Nur Fauziah, 7 tahun, saat tim penyelamat menemukan jasad putrinya di bawah reruntuhan rumahnya di Desa Cugenang, Cianjur.
Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, laporan korban tewas yang diterima Pemkab meningkat tajam setelah pihaknya mengumumkan akan dilakukan pembayaran duka cita.
“Jadi ketika kami ingin memberikan uang untuk arwah, kepala desa, RT/RW, mencatat datanya. Akhirnya dilaporkan.
“Setelah iklan dengan nama dengan alamat Ada akta kematian, jadi booming,” kata Bupati Herman kepada BBC News Indonesia.
Saat ini tercatat 602 orang meninggal dunia akibat gempa Cianjur, menurut Herman.
Data tersebut dikirimkan ke Kemensos untuk pembayaran duka cita sebesar Rp 15 juta per korban. Uang ini diberikan kepada ahli waris.
“Mudah-mudahan bisa segera dilunasi. Yang penting ada akte kematian, ada kartu keluarga, kita kirim ke sana,” ujarnya.
Menurut Bupati Herman, jumlah korban tersebut termasuk yang meninggal di tenda-tenda.
“Yang meninggal di rumah sakit, yang hilang, yang meninggal di puskesmas, yang meninggal di tenda, yang meninggal pada hari-H kebanyakan tidak terlaporkan,” imbuhnya.
Ia pun mengatakan penambahan data ini merupakan sesuatu yang masuk akal, mengingat banyak warga yang membutuhkan bantuan.
“Tidak perlu dibahas, hanya saja mereka tidak mau melaporkannya. Setelah berita itu, ada kenaikan uang spritual,” ujarnya.
Harus pindah ke rumah di pusat gempa
sumber gambar, BNPB
Longsor akibat gempa Cianjur memakan korban jiwa.
Pada 24 November, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, kerusakan terparah rumah warga terjadi di atas titik pusat gempa dan dengan konstruksi yang buruk.
“Dari pengamatan lapangan, kondisi tanahnya tidak begitu signifikan, yang lebih penting adalah kondisi konstruksi bangunannya,” ujarnya.
Dengan cara itu, tambah Dwikorita, pembangunan kembali rumah warga “tetap bisa dilakukan di tempat yang sama” dengan dua syarat: konstruksi tahan gempa dan jarak radius hingga 100 meter dari pusat gempa.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menjanjikan bantuan sebesar Rp50 juta bagi warga yang rumahnya rusak berat dan Rp20 juta untuk rusak sedang.
Verifikasi penerima bantuan ini dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Uang sebesar itu, kata Bupati Cianjur Herman Suherman, belum tentu cukup untuk membangun rumah tahan gempa.
“Bangunan gempa jelas membutuhkan dana yang cukup besar. Tentu kita berharap masyarakat memikirkan masa depan, bukan hanya saat ini,” kata Herman.
sumber gambar, Gambar Getty
Reruntuhan rumah di desa Sarampad, Kabupaten Cianjur.
Presiden Joko Widodo sebelumnya telah kembali pada Kamis (24/11) untuk mengunjungi tempat-tempat yang terkena dampak gempa di Cianjur, Jawa Barat. Ia ingin memastikan proses evakuasi dan distribusi bantuan berjalan lancar.
Kepala Badan SAR Nasional Marsdya TNI Henri Alfiandi sebelumnya menyebutkan 39 korban terjebak longsor di Kecamatan Cugenang. Kemudian korban di Kabupaten Warung Kondang.
Tim SAR yang terlibat dalam operasi SAR pada Kamis (24/11) berjumlah 1.217 orang.
sumber gambar, Gambar Getty
Proses evakuasi tetap menjadi prioritas penanggulangan bencana di Cianjur, Jawa Barat.
Kondisi yang masih hujan dan gempa susulan yang masih terjadi, kata Presiden Jokowi, menghambat proses evakuasi karena kondisi tanah yang semakin labil, sehingga tim evakuasi harus berhati-hati.
“Tapi dulu Menteri Pekerjaan Umum [pekerjaan umum] sudah memerintahkan jajarannya, yang terbiasa dengan itu potong dan isi. SSaya pikir itu bisa terjadi segera,” tambahnya.
Ini adalah kali kedua Presiden Jokowi mengunjungi lokasi bencana di Cianjur. Kunjungan pertamanya dilakukan pada Selasa (22/11), sehari setelah gempa bermagnitudo 5,6 melanda wilayah tersebut.
Selain mengawal proses evakuasi, Jokowi juga ingin memastikan bantuan logistik di lapangan, seperti sembako, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya terdistribusi dengan baik. Pasalnya, ia masih menerima pengaduan dari warga setempat.
“Dulu ada keluhan soal air karena titiknya banyak dan butuh waktu untuk mendistribusikannya. Saya ingin memastikan semuanya segera tersalurkan,” kata Jokowi.
Jokowi mengatakan terlalu banyak titik pengungsian dan medan di daerah pegunungan, sehingga mempersulit distribusi logistik. Karena itu, sejak Selasa lalu, dia memerintahkan penggunaan helikopter untuk menjangkau wilayah tersebut.
Anaknya ditemukan dengan selamat di bawah reruntuhan
sumber gambar, dokumen keluarga
Anak laki-laki bernama Azka yang ditemukan hidup di bawah reruntuhan setelah 48 jam.
Upaya evakuasi korban gempa Cianjur yang tertimbun reruntuhan bangunan pada Rabu (23/11) berhasil menyelamatkan seorang anak berusia enam tahun bernama Azka, kata Suhariyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Azka berhasil dievakuasi setelah tertimbun reruntuhan rumah masa kecilnya di kawasan Rawa Cina Kecamatan Cugenang selama hampir 48 jam tanpa makan dan minum.
“(Azka) ditemukan di sebelah almarhum neneknya,” kata Suhariyanto, Rabu (23/11), dalam jumpa pers di Cianjur.
Selain itu, tim SAR gabungan menemukan tiga korban lainnya yang meninggal dunia.
Suhariyanto mengatakan, hingga Rabu sore, hingga Rabu siang, hingga Rabu sore, masih ada sekitar 40 orang yang masih hilang.
sumber gambar, Gambar Getty
Tim SAR mengevakuasi korban tewas tertimpa bangunan roboh akibat gempa Cianjur.