- Penulis, Hilman Handoni
- Peran, BBC Indonesia Flora Carita Podcast

sumber gambar, Koleksi Tropenmuseum
Ilustrasi oleh Rijstafel dalam keluarga kolonial.
Di atas kompor atau meja saji, nasi bisa diubah menjadi apa saja: nasi kuning yang enak, nasi uduk yang mengenyangkan, nasi liwet yang pas, lontong, ketupat dan lain-lain.
Butiran nasi tidak hanya menghadirkan hidangan lezat, tetapi juga menyajikan banyak cerita. Dan penaklukan adalah salah satu ceritanya.
“Jika kamu [kolonialis Belanda] Melihat penduduk pribumi makan menu nasi, sayur dan lauk pauk di lantai… itu bentuk peradaban rendah bagi mereka,” kata Fadly Rahman, sejarawan Universitas Padjadjaran Bandung.
Oleh karena itu, mereka kemudian menciptakan sistem kuliner yang kemudian diberi nama perjalanan.
Cerita selengkapnya tentang padi dan bagaimana tanaman ini menandai kejayaan dan keruntuhan suatu zaman bisa kamu baca di podcast Flora Carita di Link ini.
Podcast Flora Carita juga bisa kamu dengarkan via Spotify dan Podcast apelserta platform podcast lain pilihan Anda.
Dengarkan juga episode lainnya yang membahas tentang tanaman yang berbeda.
Rijstaffel merupakan sajian mewah bagi bangsawan jajahan belanda. melayani gaya Prancisdi rumah-rumah Gedong atau hotel-hotel mewah di kota-kota besar nusantara.
Semua nasi dan lauk pauk, termasuk masakan asli Indonesia, ditakar dalam porsi kecil di atas piring saji – mirip dengan restoran mewah masa kini di Padang.
Ada aneka lauk pauk dan lauk: ada pai, semur, sayur lodeh, asinan, sate, kerupuk, sambal dan puluhan menu lainnya.
sumber gambar, Hilman Handoni
Fadly Rahman adalah sejarawan Universitas Padjadjaran, penulis Rijstaffel – Budaya Kuliner di Indonesia Masa Penjajahan 1870-1942 dan Jejak Cita Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia.
Pada akhir abad ke-19, Hindia Belanda menjadi makmur berkat kebijakan penanaman paksa dan keterlibatan modal swasta.
Gaya hidup bangsawan muncul. Menari di ruang dansa, menonton komedi dan drama Stamboel, lalu pesta mewah yang dibuat khusus untuk kaum bangsawan dan keluarga kerajaan.
Untuk mengatakan Rijstaffel Ini adalah kombinasi dari dua katapadang rumput‘ dan ‘meja.’
kata Fadlypadang rumput‘ merupakan representasi simbolik budaya Jawa, sedangkan ‘meja‘ merupakan representasi simbolik budaya Belanda yang menggunakan meja sebagai simbol kebesaran peradaban mereka.
Idealnya makan di meja dengan peralatan berbeda, itu intinya.
sumber gambar, KITLV
Berbagai foto Rijstaffel pada masa kolonial.
kata Fadley perjalanan merupakan revolusi kuliner pertama yang mengubah sejarah kuliner nusantara.
“Bagaimana barat bertemu timur di meja makan? Seolah-olah harmoni, tetapi sekali lagi merupakan upaya untuk menaklukkan atau menaklukan budaya Jawa. Menaklukan mereka yang dianggap inferior,” pungkas Fadly.
Rijstaffel hanya hidup selama jagung. Begitu Jepang tiba, kebiasaan ini praktis dihentikan.
Kini Rijstaffel hanyalah menu yang dirindukan di restoran luar negeri.
Beras Berkelanjutan
perjalanan mencerminkan keinginan untuk menaklukkan. Tapi Revolusi Hijau pada 1960-an memiliki semangat yang sama.
Bagaimana menaklukkan alam untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Bagaimana satu hektar lahan bisa dipanen dua, tiga, empat kali setahun? Menghasilkan dua, tiga, empat kali lipat dari yang seharusnya.
Bibit yang tidak tahan penyakit, produktivitas rendah, rasa tidak enak, otomatis tersisih dan akhirnya hilang.
sumber gambar, HILMAN HANDONI
Kristamtini dan beras hitam hasil “perburuannya”.
“Sejak Revolusi Hijau, ada beberapa yang tidak suka menanam secara lokal atau karena perlu menghasilkan beras hasil tinggi untuk memenuhi kebutuhan mereka,” kata Kristamtini, peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Bersama rekan-rekannya, Kristamtini menyisir lembah dan gunung. Mengunjungi sawah di dapur kakek dan nenek yang mungkin masih memiliki sisa benih lokal.
“Kadang ada petani yang masih menabung. Dalam satu kasus kami menemukan beras hitam yang baru saja diletakkan di dapur. Maka kita tidak bisa menanamnya. Jika itu masalahnya, bahkan jika Anda ingin menangis darah, Anda tidak akan bertemu lagi,” katanya.
sumber gambar, HILMAN HANDONI
Beberapa varietas padi lokal yang sudah pulih. Beberapa di antaranya telah dilengkapi dengan deskripsi dan didaftarkan.
Sejak 2014, Kristamtini dan timnya telah menemukan sekitar 100 jenis beras. Sekitar 80 di antaranya telah dicirikan. Beberapa di antaranya juga sudah terdaftar.
“Sebagai [padi] Yang hitam memiliki kandungan antosianin yang tinggi. Untuk kesehatan. Bahkan jika itu putih. Susu mentik, enak dan harum. Yang baru kami rilis adalah varietas Menor Kulonprogo yang memiliki keunggulan bau harum, pulen, umur pendek dan produktivitas tinggi,” kata Kristamtini, menyebutkan beberapa benih lokal yang pasti dan memiliki potensi ekonomi petani yang baik.
Rendah gula dan gluten, tinggi serat, bebas pestisida, bebas pupuk kimia, dari kebun pertanian setempat adalah mantra baru untuk beras.
Aliansi Organik Indonesia menemukan lahan pertanian organik meningkat menjadi seperempat juta hektar pada 2018, naik dari 50.000 hektar dalam 10 tahun sebelumnya.
Khusus untuk beras organik, total luas lahan hampir 54.000 hektar dibandingkan 300 hektar satu dekade lalu.
sumber gambar, HILMAN HANDONI
Miftahul Abdrurrahman juga menampung padi yang ditanam petani muda lainnya. Dalam sebulan dia bisa mengirim sekitar satu ton beras ke berbagai kota besar di Pulau Jawa.
Miftahul Abdurrahman yang juga dikenal dengan sebutan Taul oleh teman-temannya termasuk yang menanam padi organik. Dia adalah seorang petani muda yang mulai bertani setelah bosan bekerja sebagai peneliti di sebuah LSM.
Seperempat hektar tanah yang disewanya diubah menjadi sawah organik, memanfaatkan limbah pabrik gula dan perkebunan tak jauh dari lahannya.
Satu kali panen bisa menghasilkan 600 kilogram beras dan biasanya siap dalam waktu kurang dari seminggu.
“Aku kangen itu (kaldu beras organik)” ucapnya sambil tersenyum lebar.
Miftah mengatakan, dari segi produktivitas, pertanian biasa hanya unggul tipis. Dalam jangka panjang, lahan yang penuh dengan pupuk dan pestisida kimia akan rusak.
“Jika organik, semakin lama, semakin baik (tanah).”
Miftah meminta pemerintah membuka program wajib pertanian organik.
“Jangan berani membuat regulasi. Pemerintah DPRD mengeluarkan Perda untuk membebaskan lahan minimal 2-3 hektar per desa untuk agrowisata kaum muda. Sewa oke. Kita tidak mengemis Darimana. Jangan tanya. Menyewa. Pameran industrikatanya dengan bersemangat.
Pelan-pelan, kembali ke alam
sumber gambar, HILMAN HANDONI
Tanah yang “ditanam” oleh ikan ini dalam beberapa bulan akan berubah menjadi tanah Minapadi yang subur. Sebagian besar ikan yang dibudidayakan adalah ikan nila. Ikan tawes, ikan mas dan ikan mujair juga bisa dibudidayakan di sawah ini.
Salah satu teknik budidaya yang selaras dengan alam dan tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia adalah Minapadi.
Minapadi telah dipraktekkan dari generasi ke generasi. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di persawahan di Asia Timur dan Asia Tenggara.
“Minapadi memelihara ikan di sawah. Itu bisa saling membantu. Limbah ikan digunakan sebagai pupuk. Ikan dari sawah bisa memakan penyakit,” kata Sigit Paryono, petani dari Dusun Cibluk Kidul, Desa Margoluwih, Sleman, Yogyakarta, yang memulai Minapadi sejak 2010.
Usahanya berjalan lancar berkat bantuan pemerintah setempat yang memberikan bantuan teknis.
“Pada 2015, kami dipercaya FAO untuk pilot Asia-Pasifik,” kata Sigit, yang juga membintangi video dokumenter yang disponsori FAO.
Satu hektar lahan yang ditanami teknik Minapadi bisa menghasilkan ikan dan padi sekitar Rp 40 juta.
sumber gambar, HILMAN HANDONI
Tidak semua (lahan ditanami) Minapadi. Kalau itu semua, saya tidak akan hidup nanti,” kata Sigit yang selamat bersama Minapadi.
Pada masa kejayaannya, Minapadi dibudidayakan di lahan seluas 10 hektar di Desa Sigit. Sebanyak lima puluh petani ambil bagian.
Tetapi pada tahun 2022, Sigit adalah satu-satunya yang selamat, mencari kurang dari satu hektar tanah di mana kolam ikan dan sawah dapat hidup berdampingan.
Lainnya, kebanyakan tidak membosankan atau salah manajemen. Pakan bantuan juga sering dijual sebagai produk sampingan daripada digunakan untuk tambak.
“Menanam padi hanya seminggu sekali dilihat dari sawahnya. Minapadi pasti akan diperiksa dua kali sehari,” jelasnya tentang masalah Minapadi.
Sigit juga senang dengan pengalamannya, di tengah malam, terutama saat hujan, berjalan-jalan di sekitar pematang sawah untuk memastikan tidak ada yang pecah atau ikan dimakan berang-berang dan predator lainnya.
Negara Minapadi menyusut. Gema menjadi kurang. Tapi Sigit bertahan.
“Jika [lahan dipakai untuk] berenang terus, tidak diselingi minpadi nanti bawahnya kurang bagus. [Dengan minapadi] tanahnya begitu bagus, begitu subur. jika [pakai pupuk] chemistry-nya rusak,” pungkasnya.