JAKARTA – Tarsius adalah satwa Mamalia termasuk dalam kelompok primata terkecil, tinggi kepala jantan hanya sekitar 85 mm, panjang tubuhnya tidak melebihi 160 mm, tetapi ekornya dua kali lebih panjang dari tubuhnya.
Dirangkum dari berbagai sumber, tarsius juga memiliki mata yang menonjol karena ukurannya yang mini, sehingga dinobatkan sebagai yang terbesar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.
Tarsius tidak hanya tersebar di seluruh Sulawesi, mereka juga dapat ditemukan di Kalimantan, Sumatera dan mungkin pulau Jawa. Mamalia yang satu ini merupakan salah satu dari 25 spesies primata paling terancam punah di dunia.
Tarsius dikenal sebagai hewan nokturnal atau nokturnal dan Indonesia menempati urutan pertama di dunia dengan jumlah spesies tarsius terbanyak.
Mereka adalah spesies primata yang hidup di hutan dataran rendah primer dan sekunder. Tarsius menyukai habitat rumpun bambu, akar pohon beringin, dan lubang kayu yang digunakan untuk bersembunyi dan beristirahat.
Gigi mereka sangat tajam, membuat mereka menjadi primata karnivora. Makanan utama primata adalah serangga, tetapi juga dapat berburu kelelawar, ular, dan burung kecil di habitatnya.
Penampakan tarsius sendiri, seperti kombinasi monyet dan burung hantu, karena struktur tengkorak dan wajahnya hampir sama.
Hewan ini memiliki penglihatan yang sangat baik bahkan pada tingkat cahaya yang sangat rendah, dan leher tarsius dapat berputar 180 derajat, menjadikannya hewan nokturnal yang sangat evolusioner.
Saat ini populasi tarsius belum diketahui secara pasti (Vulnerable) dan masuk dalam IUCN Red List of Threatened Species. Perusakan habitat dan perdagangan satwa liar ilegal telah menyebabkan penurunan massal populasi tarsius.
(Amj)