Pulau Kalimantan Paling Jarang Terjadi Gempa, Ini Penjelasan Ilmiahnya : Okezone techno

JAKARTAKalimantan satu-satunya pulau di Indonesia dengan aktivitas seismik terendah. Mengapa demikian?

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan, meski pulau Kalimantan memiliki struktur patahan dan catatan aktivitas kegempaan, wilayah tersebut secara umum masih relatif lebih aman dibandingkan wilayah lain di Indonesia.

“Misalnya pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang memiliki catatan sejarah gempa bumi yang merusak dan menelan banyak korban jiwa,” kata Dwikorita dikutip dari laman BMKG, Selasa (29/11/2022).

Dwikorita menjelaskan kegempaan Pulau Kalimantan yang relatif rendah didasarkan pada sejumlah fakta, pertama, karena wilayah Pulau Kalimantan memiliki struktur patahan aktif yang jauh lebih sedikit dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia.

Kedua, wilayah Pulau Kalimantan cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga input energi pembentuk medan tegangan menuju zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat medan tegangan akumulasi zona seismogenik. lebih dekat ke zona tumbukan lempeng.

Dan ketiga, beberapa struktur sesar Kalimantan berumur Tersier, sehingga banyak segmen yang tidak lagi aktif menimbulkan gempa.

Namun, untuk mencegah terjadinya bencana, khususnya di wilayah pesisir Kalimantan Utara, Timur, dan Selatan yang terpapar sumber gempa, menurutnya perlu disusun strategi mitigasi bencana dengan menyusun rencana tata ruang pesisir sedemikian rupa. cara yang masyarakat Pesisir lebih aman.

“Rencana tata ruang pemanfaatan kawasan pesisir harus diarahkan pada pengurangan risiko bencana. Hal ini penting untuk mengantisipasi bencana tsunami di pantai yang rawan tsunami dan tahan terhadap tsunami,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Dwikorita, konsep evakuasi mandiri juga menjadi pilihan tepat dan efektif untuk menyelamatkan masyarakat dari ancaman tsunami.

Evakuasi mandiri dengan menggunakan guncangan gempa kuat sebagai peringatan dini tsunami alami dapat menjamin keselamatan masyarakat.

Ia mengungkapkan, pelatihan evakuasi mandiri dan latihan evakuasi (drill) akan menjadi bahan penting kegiatan sosialisasi bagi masyarakat dan pemangku kepentingan di wilayah pesisir rawan tsunami melalui berbagai instansi terkait seperti BNPB, BPBD, BMKG, dll.

Masyarakat yang tertinggal di zona patahan aktif dan di wilayah pesisir perlu memahami cara bertahan hidup dari gempa dan tsunami.

“Ketika kita tinggal di daerah rawan, mitigasi, kesiapsiagaan, kapasitas masyarakat dan pemangku kepentingan, serta infrastruktur yang kuat untuk menghadapi gempa bumi dan tsunami yang mungkin terjadi menjadi penting dan perlu disiapkan,” katanya.