JAKARTA – empati merupakan sifat manusia yang penting, misalnya dalam mengembangkan perilaku prososial, membangun atau memelihara hubungan yang bermakna dan intim.
Kita dapat berargumen bahwa empati adalah perekat yang menyatukan orang dan komunitas yang erat. Kemudian empati dapat membantu membangun kompas moral kita dan menjadi barometer perilaku kita terhadap orang lain.
Faktanya, kemampuan kita untuk berempati telah terbukti bermanfaat bagi kesejahteraan mental dan emosional kita dan berkontribusi pada kemampuan kita untuk menghadapi situasi yang menantang secara emosional.
Dikutip dari Science Focus, Selasa (25/10/2022), jadi jelas sangat penting bagi kita untuk melakukan segala yang kita bisa untuk berempati mungkin. Dan ternyata tidur malam yang nyenyak adalah kuncinya.
Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Biology menunjukkan bahwa kurang tidur membuat kita cenderung atau tidak mau membantu orang lain dan menunjukkan empati, sehingga menghambat interaksi sosial kita.
Para peneliti di University of California, Berkeley’s Neuroscience Institute menempatkan relawan di pemindai fMRI, sekali setelah mereka tidur selama delapan jam dan sekali setelah tidak tidur semalaman.
Mereka menemukan bahwa bagian-bagian penting otak yang terlibat dalam empati menjadi kurang aktif setelah kurang tidur, yaitu apa yang disebut “jaringan kognisi sosial”, sebuah area otak yang terdiri dari korteks prefrontal, sulkus temporal tengah dan superior, dan temporoparietal ada persimpangan.
Telah ditunjukkan bahwa jaringan ini diaktifkan ketika kita mempertimbangkan keadaan mental, kebutuhan, dan perspektif orang lain. Tidak hanya jumlah tidur yang tampaknya berpengaruh, tetapi juga kualitasnya.